Jumat, 17 Maret 2017

PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Pengaruh perkembangan teknologi berbanding lurus dengan semakin maraknya penggunaan media sosial dikalangan masyarakat yang dulu mengenal meda sosial semacam Facebook, Twitter, kini mulai beralih menggunakan Path, Instagram, Line atau media sosial lainnya. Ditambah jumlah pengguna masing-masing media sosial tersebut semakin meningkat setiap harinya, hal ini menjadikan media sosial salah satu dari bagian kehidupan masyarakat urban.
Banyaknya kemudahan yang ditawarkan dalam dunia sosial, terutama kemudahan bahasa. Tersedia berbagai bahasa di dunia bagi penikmatnya berakibat pada semakin banyaknya pengunjung sosial media setiap harinya. Tidak adanya batasan sosial dan bahsa semakin memperkuat maraknya perkembangan bahasa gaul di kalangan masyarakat sebagai contoh yaitu fenomena bahasa alay. Bahasa alay merupakan  suatu fenomena yang muncul dikalangan remaja. Fenomena ini menurut beberapa pustakawan terjadi karena adanya pemberontakan pada diri remaja terhadap tata bahasa. Remaja memiliki kepekaan terhadap kata-kata bermakna ganda. Mereka menyukai penggunaan metafora dan ironi dan bermain kata-kata untuk mengungkapkan pendapat dan ekspresi mereka. Selain itu, remaja juga sangat kreatif dalam bermain kata-kata.
Umumnya, penggunaan bahasa alay banyak ditemukan pada potingan diberbagai sosial media. Namun, penggunaan bahasa alay ini memiliki efek domino terhadap remaja lainnya. Rata-rata daari mereka akan menyerap dan meniru apa yang telah teman mereka post. Karena, menurut mereka hal tersebut merupakan sesuatu yang ngetre. Seperti contoh penngguanaan metafora ‘bingung tingkat dewa,. ‘kesel setengah mampus’, yang mengekspresikan kebingungan dan kesalahan luar biasa yang sedang mereka alami. Adapula penggunaan kata-kata yang mereka reduksi menjadi sebuah kata baru, seperti ‘warbiyazah’, yang sekaligus terlihat seperti  serapan bahasa arab. Padahal kata tersebut merupakan reduksi dari frase ‘luar biasa’ yang direduksi agar memiliki makna berllipat.
Kebiasaan menggunakan bahasa gaul dalam media sosial berakibat pada sulitnya masyarakat Indonesia berkomunikasi dalam lingkungan  formal. Misalnya, ketika mereka harus mempresentasikan sesuatu atau membuat makalah berbahasa Indonesia. Beberapa penelitian menemukan bahwa gaya bahasa yang digunakan oleh remaja di Indonesia kebanyakan sudah tercampur dengan bahasa gaul. Dalam suatu situasi pembelajaran, ketika akan mempresentasikan sesuatu di depan kelas, remaja Indonesia pada umunya menggunakan kata ‘mempresentasiin’ ketimbang ‘mempresenntasikan’.
Kekhawatiran akan semakin maaraknnya penggunaan bahasa gaul/alay pada media sosial tentulah beralasan. Bahasa gaul/alay dianggap sebagai ancaman yang serius terhadap kaidah tata bahasa Indonesia, karena meskipun dalamm dunia linguistik dikenal dengan bahasa baku dan tidak baku, bahasa alay adalah bahasa tidak baku yang tidak mengindahkan. Selain itu, sifat dari media sosial yang membuat penikmatnya asik dengan dunia maya mereka masing-masing membuat mereka malas berkomunikasi di dunia nyata. Akibatnya, karena sering berinteraksi di media sosial dengan bahasa gaul/alay, tingkat pemahaman bahasapun akan terganggu.
Apabila hal ini dibiarkan terus-menerus dan tidak dilakukan penegahan, lama-lama bahasa gaul inipun akan bersifat arbiter. Hilanglah sudah keorsinilan bahasa ibu kita, bahasa Indonesia. Maka, untuk menghidari hal ini perlu adanya upaya untuk menanamkan dan menumbuhkan kecintaan terhadap pemahaman bahasa Indonesia. Salah satu upaya yang telah terbukti efektif adalah pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media sosial dalam membantu siswa memahami kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, terutama kaum remaja, upaya ini juga juga dilatarbelakangi fenomena remaja masa kini yang lebih banyak berinnteraksi di dunia maya.
 
1.2  RUMUSAN MASALAH
1.2.1        Apa yang dimaksud menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar ?
1.2.2        Apa kegunaan dari media sosial ?
1.2.3        Bahasa yang digunakan di media sosial ?
1.2.4        Bagaimana penggunaan bahasa Indonesia dalam media sosial ?
1.2.5        Dampak media sosial terhadap penggunaan bahasa Indonesia ?

1.3  TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui dampak-dampak dari media sosial terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

1.4  METODE PENELITIAN
Pengamatan yang dilakukan melalui pengamatan di media sosial Facebook dan Twitter. Kemudian dilakukan studi kepustakaan tentang kegunaan dari media sosial  serta dampak positif dan negatif terhadap penggunaan bahasa Indonesia terutama bagi pengguna media sosial dengan memakai data dari berbagai sumber
.
1.5  SISTEMATIKA PENULISAN
1.5.1        BAB I PENDAHULUAN
1.5.1.1  Latar Belakang
1.5.1.2  Rumusan Masalah
1.5.1.3  Tujuan Penelitian
1.5.1.4  Metode Penelitian
1.5.1.5  Sistematika Penulisan
1.5.2        BAB II LANDASAN TEORI
1.5.3        BAB III PEMBAHASAN
1.5.3.1  Pengertian Bahasa Indonesia yang baik dan benar
1.5.3.2  Pengertian media sosial
1.5.3.3  Penggunaan bahasa Indonesia di media sosial
1.5.3.4  Dampak-Dampak Media Sosial terhadap Bahasa Indonesia
1.5.4        BAB IV PENUTUP
1.5.4.1  Simpulan
1.5.4.2  Saran

1.5.5        DAFTAR PUSTAKA


BAB II
LANDASAN TEORI
Landasan Teori  “Kami, putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”, demikianlah bunyi alenia ketiga sumpah pemuda yang telah dirumuskan oleh para pemuda yang kemudian menjadi pendiri bangsa dan negara Indonesia. Bunyi alinea ketiga dalam ikrar sumpah pemuda itu jelas bahwa yang menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia. Kita sebagai bagian bangsa Indonesia sudah selayaknya menjunjung tinggi bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Latar Belakang Di Era Globalisasi modern ini,salah satu gaya bahasa yang sedang digandrungi oleh anak-anak muda di Indonesia adalah bahasa Alay. Baik penggunaan dalam dunia nyata maupun dunia maya. Contohnya bahasa Alay yang digunakan dalam media elektronik seperti handphone, facebook atau Twitter. Bahkan mungkin bukan hanya anak muda saja yang menggunakan bahasa alay tersebut tapi bisa juga orang-orang dewasa lainnya. Untuk itu diperlukan adanya suatu penyuluhan yang optimal terhadap kondisi bahasa Indonesia saat ini, agar masyarakat Indonesia tahu apa yang harus dilakukannya sekarang dan waktu yang akan datang.
Alay adalah singkatan dari Anak Layangan, Alah Lebay, Anak Layu atau Anak Kelayapan yang menghubungkannya dengan anak jarpul (jarang pulang). Tapi mungkin yang paling dikenal oleh masyarakat adalah Anak Layangan. Alay adalah gejala yang dialami oleh pemuda dan pemudi bangsa Indonesia, yang ingin diakui statusnya diantara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan dan gaya berpakaian, sekaligus meningkatkan kenarsisan yang cukup mengganggu masyarakat pada umumnya.
Bahasa alay merupakan bahasa sandi yang hanya berlaku dalam konunitas mereka. Tentu saja itu tidak mungkin digunakan ke pihak di luar komunitas mereka misalnya guru dan orang tua. Penggunaan bahasa sandi itu menjadi masalah bila digunakan dalam komunikasi massa karena lambang yang mereka pakai tidak dapat dipahami oleh segenap khalayak media massa atau dipakai dalam komunikasi formal secara tertulis.
Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Fonem adalah unsur terkecil dari bunyi ucapan yang bisa digunakan untuk membedakan arti dari satu kata. Sintaks adalah penggabungan kata menjadi kalimat berdasarkan aturan sistematis yang berlaku pada bahasa tertentu.

Setiap hari kita menggunakan bahasa. Apabila kita berbicara, kita menggunakan bahasa ragam lisan. Apabila kita menulis atau mengarang, kita menggunakan bahasa ragam tulis. Demikian pula halnya apabila kita menggunakan bahasa Indonesia. Kita menggunakan bahasa Indonesia ragam lisan apabila kita berbicara. Kita menggunakan bahasa Indonesia ragam tulis apabila kita menulis. Pengalaman sehari-hari menunjukkan  bahwa kita lebih banyak menggunakan bahasa ragam lisan daripada ragam tulis.


BAB III
PEMBAHASAN
3.1  Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di kawasan republik kita. Dengan menggunakan bahasa indonesia secara baik dan benar, berarti kita telah menjunjung tinggi bahasa persatuan seperti yang diikrarkan dalam sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Berbagai alasan sosial dan politis menyebabkan banyak orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasa lain.
Kita sebagai warga Indonesia harus menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Maksud dari bahasa yang benar atau betul ialah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku. Sedangkan bahasa yang baik atau tepat ialah pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa. Maka anjuran agar kita “berbahasa indonesia dengan baik dan benar” dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan “bahasa yang baik dan benar”, sebaliknya, mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
3.2  Pengertian Media Sosial
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif.
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content”.
Media  sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar antara lain Facebook, Myspace, dan Twitter. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.
A.    Peran Media Sosial
Media sosial memiliki kelebihan dibandingkan dengan media konvensional, antara lain :
a.       Kesederhanaan
Dalam sebuah produksi media konvensional dibutuhkan keterampilan tingkat tinggi dan keterampilan marketing yang unggul. Sedangkan media sosial sangat mudah digunakan, bahkan untuk orang tanpa dasar TI pun dapat mengaksesnya, yang dibutuhkan hanyalah komputer dan koneksi internet.
b.      Membangun Hubungan
Sosial media menawarkan kesempatan tak tertandingi untuk berinteraksi dengan  pelanggan dan membangun hubungan. Perusahaan mendapatkan sebuah feedback langsung, ide, pengujian dan mengelola layanan pelanggan dengan cepat. Tidak dengan media tradisional yang tidak dapat melakukan hal tersebut, media tradisional hanya melakukan komunikasi satu arah.

c.       Jangkauan Global
Media tradisional dapat menjangkau secara global tetapi tentu saja dengan biaya sangat mahal dan memakan waktu. Melalui media sosial, bisnis dapat mengkomunikasikan informasi dalam sekejap, terlepas dari lokasi geografis. Media sosial juga memungkinkan untuk menyesuaikan konten anda untuk setiap segmen pasar dan memberikan kesempatan bisnis untuk mengirimkan pesan ke lebih banyak pengguna.

d.      Terukur
Dengan sistemtracking yang mudah, pengiriman pesan dapat terukur, sehingga perusahaan langsung dapat mengetahui efektifitas promosi. Tidak demikian dengan media konvensional yang membutuhkan waktu yang lama.
B.     Fungsi Media Sosial
Ketika kita mendefinisikan media sosial sebagai sistem komunikasi maka kita harus mendefinisikan fungsi-fungsi terkait dengan sistem komunikasi, yaitu :
a.       Administrasi
Pengorganisasian proofil karyawan perusahaan dalam jaringan sosial yang relevan dan relatif dimana posisi pasar anda sekarang. Pembentukan pelatihan kebijakan media sosial, dan pendidikan untuk semua karyawan pada penggunaan media sosial. Pembentukan sebuah blog organisasi dan integrasi  konten dalam masyarakat yang relevan. Riset pasatr untuk menemukan dimana pasar anda.
b.      Mendengarkan dan Belajar
Pembuatan sistem pemantauan untuk mendengar apa yang pasar anda inginkan, apa yang relevan dengan mereka.


c.       Berpikir dan Perencanaan
Dengan melihat tahap 1 dan 2, bagaiman anda akan tetap didepan pasar dan begaiman anda berkomunikasi ke pasar. Bagaiman teknologi sosial meningkatkan efisiensi operasional hubungan pasar.

d.      Pengukuran
Menetapkan langkah-langkah efektif sangat penting untuk  mengukur apakah metode yang digunakan, isi dibuat dan alat yang anda gunakan efektif dalam meningkatkan posisi dan hubungan pasar anda.
3.3  Penggunaan Bahasa Indonesia di Media Sosial
Bahasa merupakan instrumen terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Bahasa adalah simbol-simbol yang digunakan untuk menyatakan gagasan, ide, dan perasaan orang kepada orang lain. Mulai dari bangun tidur, makan, mandi, sampai tidur lagi, atau melakukan berbagai aktivitas manusia lainnya, tidak luput dari adanya penggunaan bahasa.
Bahasa memiliki berbagai variasi atau ragam bahasa. Hartman dan Stork (1972) membedakan variasi berdasarkan kriteria (a) latar belakang geografi dan sosial penutur, (b) medium yang digunakan, dan (c) pokok pembicaraan. Variasi atau ragam bahasa menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya. Berdasarkan usia, kita dapat melihat perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh anak-anak, para remaja, orang dewasa, dan orang yang tergolong lanjut usia.
Variasi atau ragam bahasa berdasarkan penutur dan penggunaannya berkenaan dengan status, golongan, dan kelas penuturnya, biasanya disebut akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken. Ada juga yang menambah dengan istilah prokem.
Bahasa gaul atau bahasa prokem adalah ragam bahasa Indonesia nonstandar yang lazim digunakan di Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut sebagai bahasa gaul.

Bahasa Gaul/Alay
Pada masa sekarang, bahasa gaul banyak digunakan oleh kaula muda, meski kaula tua pun ada juga yang menggunakannya. Bahasa ini bersifat temporal dan rahasia, maka timbul kesan bahwa bahasa ini adalah bahasa rahasianya para pencoleng atau penjahat, padahal sebenarnya tidak demikian. Faktor kerahasiaan ini menyebabkan kosakata yang digunakan dalam bahasa gaul sering kali berubah. Para remaja menggunakan bahasa gaul ini dalam ragam lisan dan ragam tulis, atau juga dalam ragam berbahasa dengan menggunakan media tertentu, misalnya, berkomunikasi dalam jejaring sosial.
Jejaring sosial merupakan media yang banyak digunakan para penutur bahasa untuk saling berkomunikasi jarak jauh melalui internet. Jejaring sosial yang banyak diminati oleh masyarakat, yaitu facebook dan twitter. Dalam facebook dan twitter, para pengguna dapat menuliskan apa yang sedang dipikirkannya dalam “status” dan dapat saling memberikan komentar pada “kiriman” dan “status” rekan-rekan mereka. Selain itu, mereka juga dapat saling berdialog dan memberi komentar satu sama lain.
Berikut adalah beberapa jenis bahasa gaul atau pembentukan bahasa gaul  menurut versi Wikipedia :
1.   Mempersingkat kata dan menambahkan imbuhan –in pada akhir kata. Contoh :
semakin = makin
memikirkan = mikirin
menanyakan = nanyain
menyebalkan = nyebelin
2.      Menambahkan imbuhan –in pada kata pasif transitif. Contoh :          
diajari = diajarin
dipukuli = dipukulin
3.        Mengganti imbuhan ter- menjadi ke- pada awal kata. Contoh :
tertangkap = ketangkep
terpeleset = kepeleset

4.        Menghilangkan sebagian huruf pada kata untuk mempersingkat. Contoh :          
habis = abis
sudah = udah
5.        Menyatukan dua kata menjadi satu kata baru dengan tetap mempertahankan maknanya. Contoh :
terima kasih = makasih
percaya diri = pede
jaga image = ja’im
jaman dulu = jadul
malas gerak = mager
curahan hati = curhat
gede rasa = geer/ GR
6.       Mengganti huruf vokal “a” dengan huruf vokal “e”. Contoh : 
malas = males
penar = bener
pintar = pinter
segar = seger
7.        Mengganti diftong dengan huruf monosilabus. Contoh :          
kalau = kalo
pakai = pake
sampai = sampe
8.        Menambahkan huruf pemberhenti pada akhir kata. Contoh :          
pakai = pakek
tidak = enggak
9.        Menambahkan awalan nge- atau ng- pada awal kata. Contoh :          
membajak = ngebajak
bermimpi = ngimpi
kabur = ngabur
menggebet = ngegebet
10.    Kata  yang diterjemahkan secara langsung dari bahasa asalnya. Contoh :       
swear = suer
by the way = betewe (btw)
11.   Kata-kata yang tercipta dengan sendirinya secara unik, tanpa memperhatikan sepuluh aturan di atas.
Contoh : 

1.      cuek
2.      dia = do’i
3.      iya = yo’i
4.      bokep
5.      jayus
6.      jijik à jijay
7.      jomblo
8.      blo’on
9.      ABG/ abege (anak baru gede)
10.  cupu
11.  gebetan
12.  jutek
13.  lebai
14.  alay
15.  pedekate/ PDKT
16.  matre
17.  telmi
18.  nongkrong
19.  curcol (curahan hati colongan)
20.  bokap
21.  nyokap
22.  buset
23.  klepto
24.  kepo
25.  galau
26.  nebeng


3.4  Dampak-Dampak Media Sosial Terhadap Bahasa Indonesia
Dengan adanya hal tersebut, media sosial ini mengakibatkan dampak positif maupun negatif. Dampak positif dari media sosial diantaranya sebagai sarana untuk mempromosikan iklan, jualan dan ada juga yang membuat group untuk bertukar informasi dan juga memperluas perteanan. Menyalurkan hobi menulis Di facebook terdapat fasilitas note untuk menampung hobi kita dalam hal tulis-menulis. Bisa sekedar menulis curhatan, puisi, opini, tips, dan sebagainya.
Dampak negatif anak dan remaja menjadi malas belajar berkomunikasi di dunia nyata. Tingkat pemahaman bahasa pun menjadi terganggu. Jika anak terlalu banyak berkomunikasi di dunia maya, maka pengetahuan tentang seluk beluk berkomunikasi di kehidupan nyata, seperti bahasa tubuh dan nada suara, menjadi berkurang..
            Jika melihat penggunaan bahasa di sosial media selama ini, bukan mustahil salah satu penyebab anjloknya nilai UN Bahasa Indonesia beberapa tahun terakhir. Penggunaan gaya bahasa asing yang seringkali berkonotasi negative belum lagi ditambah lagi dengan cara penulisan yang dilakukan dikalangan remaja terutama hamper sebagian besar menggunakan bahasa “alay” yang dimana penulisannya sudah jauh dari kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jika gaya bahasa tersebut dibiarkan maka dikhawatirkan hal tersebut akan membudaya dan mengakar dan membuat Bahasa Indonesia yang baik dan benar akan terlupakan. 


BAB IV
PENUTUP
4.1  Simpulan
Media jejaring sosial telah menjadi salah satu bagian dari gaya hidup, terutama gaya hidup remaja, yang tidak dapat dipisahkan. Misalnya, saat gadget yang dimiliki oleh seorang remaja mati atau tidak terhubung dengan media jejaring sosial karena beberapa alasan, tidak jarang kita dengar mereka mengatakan:
“aduuuuh, gue ansos (anti-sosial) banget nih…BB (blackberry) gue mati gara-gara abis pulsa. Gak bisa nge-tweet, gak bisa nge-post FB (Facebook)….ansos parah deh pokoknya!”
Sebagian besar remaja beranggapan bahwa media jejaring sosial adalah pusat dari segala informasi. Ketika, mereka tidak dapat terhubung dengan media jejaring sosial, mereka akan merasa bahwa saat itu adalah akhir dari dunia pergaulannya. Mereka akan merasa tidak mengetahui berita-berita terbaru, tidak tahu gosip terkini, dan tidak tahu bahasa-bahasa “gaul” terbaru.
Tata bahasa Indonesia pada saat ini sudah banyak mengalami perubahan. Masyarakat Indonesia khususnya para remaja, sudah banyak kesulitan dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya penggunaan bahasa baru yang mereka anggap sebagai kreativitas. Jika mereka tidak menggunakannya, mereka takut dibilang ketinggalan zaman atau tidak gaul. Salah satu dari penyimpangan bahasa tersebut diantaranya adalah digunakannya bahasa Alay.
4.2  Saran
Sebaiknya bahasa alay dipergunakan pada situasi yang tidak formal seperti ketika kita sedang berbicara dengan teman. Atau pada komunitas yang mengerti dengan sandi bahasa Alay tersebut. Kita boleh menggunakannya, akan tetapi jangan sampai menghilangkan budaya berbahasa Indonesia. Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi kenegaraan dan lambang dari identitas nasional, yang kedudukannya tercantum dalam Sumpah Pemuda dan UUD 1945 Pasal 36.




DAFTAR PUSTAKA
Willy, Wibowo. “Analisis Penggunaan Bahasa Indonesia Alay Dalam Media
Elektronik”. 31 Oktober 2015.
Nadya, Della. “Pengaruh Media Terhadap Gaya Bahasa Indonesia”. 30 Oktober
Sari. Kartika. “Penggunaan Bahasa Indonesia di Jejaring Sosial”. 31 Oktober


Tidak ada komentar:

Posting Komentar